
Lalu, aku masih mengantarkan Tante Ita berjalan-jalan bersama Mami. Tiba-tiba Tante Ita melihat sebuah obeng, lalu dia berkata kepada Mami, “Ian, ini ada obeng.” Obeng itu berwarna merah setrip-setrip putih. Dan akhirnya Tante Ita membeli dua obeng, yang satu berwarna merah setrip-setrip putih dan yang satunya berwarna hijau setrip-setrip putih. Aku tidak tahu mengapa Tante Ita membeli obeng yang kecil, tapi aku diam saja. Lalu kita berjalan lagi. Akhirnya kita sampai di bagian baju. Juga ada celana dalam orang dewasa, misalnya untuk orang sebesar Tante Ita, Mami, Tante Susan atau Tante Linda.
Lalu kita sampai di kasir. Aku turun dari kereta dan melihat topi seperti punya anak ABG, lalu aku mencari sebuah kotak Kitkat. Akhirnya ketemu, kalau nggak salah di kasir nomor 7. Lalu pengantrian itu di kasir no 6 dan di kasir no 5. Jadi terpaksanya aku mesti muter ke bagian barang-barang dulu dan mencari kasir no 4. Lalu aku naik ke kereta lagi, sendalku dicopot. Begitu pengantriannya maju, giliran kereta kita yang di depan kasir. Lalu Tante Ita berkata kepadaku kalau aku ada barcodenya, terus aku bersikap seperti anak ABG. Mau tahu nggak apa yang aku katakan kepada Tante Ita? Mau.........
Aku mulai sekarang ya.... “Ah Tante Ita, masak aku ada barcodenya.... (sambil mulutnya manyun-manyun—koment Mami)” Lalu Mbak Kasir itu tertawa, “Bener juga ya Dik. Tapi Adik mau dikasih barcode nggak?” “Ah, ya nggak dong Mbak. Masak manusia dikasih barcode? Emangnya Mbak mau gantian jadi anaknya Ibu Mariani, terus aku yang kasih barcode ke Mbak?” “Nggak ah, nggak ah Dik,” jawab Mbak Kasir sambil senyum-senyum. “Tapi Mbak jangan bilang kayak gitu lagi ya. Janji ya?” “Iya Dik,” kata Mbak Kasir itu.
Selesai deh perjalananku membeli baju tidur dan bolu kukus, lalu aku makan di mobil.
1 comment:
Jes, besok klo bli baju tidur lagi, coba yg ukuran anak 12 tahun biar gak robek lagi celananya. :)
Post a Comment